Festival Ogoh-Ogoh serta Tradisi Miwiti Pari

Masyarakat merupakan satu kesatuan hidup manusia yang saling berinteraksi dengan suatu aturan tertentu. Menurut Bapak Sosiologi Indonesia, yaitu Prof. Dr. Kanjeng Pangeran Haryo Selo Soemardjan, menyebutkan bahwa masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan. Dari pernyataan tersebut kita bisa menarik kesimpulan bahwa budaya atau tradisi itu sendiri bisa berupa kebiasaan yang telah tertanam dalam diri masyarakat. Negara Indonesia sendiri masyarakatnya mempunyai budaya dan adat istiadat yang bermacam-macam. Saat ini yang akan kita bahas adalah Budaya atau tradisi Nyepi di Kota Nganjuk. Tradisi yang dilaksanakan oleh Umat Hindu di Dusun Curik, Desa Bajulan, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk. Hari Raya Nyepi dapat diartikan sebagai hari dimana masyarakat agama Hindu menyucikan diri dan alam. Tujuan dari hari Raya Nyepi ialah untuk membuang kotoran dan keburukan yang telah berlalu agar siap menghadapi rintangan di tahun yang baru. Ada beberapa tahap yang dilakukan pada perayaan hari Raya Nyepi tersebut. Diawali dari upacara Melasti, Mecaru, Pengerupukan, Nyepi hingga Ngembak Geni. Beberapa tahapan diatas mempunyai makna atau arti masing masing :

1.  Upacara Melasti dilaksanakan sebelum Hari Raya Nyepi tiba. Semua alat persembahyangan atau pretima di Pura dibersihkan di laut atau sungai. Air laut atau sungai diyakini sebagai sumber Tirtha Amertha oleh umat Hindu. Melasti atau melelasti berarti membersihkan kotoran alam menggunakan air kehidupan. Dan untuk di Dusun Curik sendiri Melasti berlangsung dengan ritual di Pura Kerta Bhuwana Giri Wilis, dilanjutkan dengan larung sesaji di sungai desa setempat. 
Proses atau jalan nya upacara melasti (Foto: I, wanderlista: travel.blog: pinterest )

2. Upacara Tawur atau mecaru. Upacara ini merupakan penyucian (Bhuta Kala), menghilangkan semua kotoran yang ada di setiap rumah, desa dan tempat yang lain. Hari dimana dilaksanakan upacara Mecaru jatuh pada hari Tilem Sasih Kesange, satu hari sebelum Nyepi. Dimulai dengan beribadah di Pura Kerta Bhuwana Giri Wilis. Setelahnya akan dilakukan prosesi Mecaru mengambil air dari Air Terjun Roro Kuning Nganjuk sebagai bentuk wujud rasa syukur kepada alam semesta.
3. Upacara Pengerupukan. Upacara ini berarti menyuruh pergi para Bhuta Kala dari lingkungan rumah dan sekitarnya. Upacara ini diadakan setelah Mecaru, yakni dengan menabur nasi tawur, membawa obor disekitaran rumah, menaburi rumah dengan Mesiu, dan membunyikan suara dari benda yang ada dirumah dengan cara saling dipukulkan satu sama lain.
4. Nyepi bermakn diam tidak melakukan kegiatan apapun selama 24 jam. Termasuk makan minum. Tidak boleh ada penerangan apapun didalam rumah. Bahkan saat malam hari.

5. Puncak peringatan Dharma Santi Hari Suci Nyepi, ditutup dengan upacara Nglebak Geni di Mandala Madya Pura Kerta Bhuwana Giri Wilis Desa Bajulan, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk.

Setelah membahas tradisi atau budaya Nyepi, tidak sempurna rasanya jika kita tidak mengupas tentang kesenian yang berkaitan dengan budaya tersebut, ya kesenian ogoh-ogoh. Apa itu ogoh-ogoh?. Ogoh-ogoh adalah karya seni patung dalam kebudayaan hindu yang menggambarkan kepribadian Bhuta Kala. Melambangkan kekuatan jahat, tidak bisa bersyukur dan tidak tulus yang dapat memengaruhi manusia. Maka dalam perayaan kesenian tersebut patung ogoh-ogoh akan dibakar setelah diarak keliling desa. Pembakaran ogoh-ogoh memiliki arti menghilangkan sifat-sifat jahat, atau sifat tidak baik yang ada di dalam diri manusia. Dari Pura Kerta Bhuwana Giri Wilis, ogoh-ogoh akan diarak menuju simpang Monumen Jenderal Sudirman untuk dilakukan pembakaran ogoh-ogoh tersebut.
 patung raksasa ogoh-ogoh. ( Foto : Tanahlotbali.com : pinterest)

Uniknya kesenian ini tidak hanya diikuti oleh masyarakat yang beragama Hindu saja lho. Namun, berbagai elemen masyarakat sekitar Desa Bajulan pun sangat antusias menyaksikan kesenian ini. Bahkan tidak jarang ada yang datang dari luar kota hanya untuk menikmati ramainya kesenian ogoh ogoh tersebut.

Meninggalkan penjelasan seni serta budaya di atas ada lagi yang tidak boleh ditinggalkan untuk dikupas, yaitu kearifan lokal masyarakat Nganjuk. Ya berhubung sekarang sedang akan datang musim panen padi. Maka ada satu kearifan lokal Nganjuk yang wajib kita ulas. Yaitu miwiti pari.Proses adat miwiti pari. sumber gambar : goggle info seputargk.id

Miwiti pari adalah suatu kegiatan dimana kegiatan tersebut sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena sudah diberikan kelancaran menanam padi hingga panen padi yang berlimpah. Acara akan dimulai dari pembawaan ambeng atau berkat yang isinya ada ayam ingkung, sayur kluweh, dan jajan pasar. Berkat atau ambeng tersebut akan diarak keliling sawah oleh sesepuh desa. Lalu sesepuh tersebut memotong beberapa batang padi mengunakan alat yang namanya ani-ani. Padi yang dipotong pun dipilih yang terbaik, lalu diikat dijadikan satu, dikepang dan dibawa pulang pemilik sawah. Setelah selesai baru berkat atau ambeng tersebut akan dimakan bersama-sama oleh orang yang ada di sawah tersebut.

Dengan perkembangan zaman yang semakin maju. Diharapkan kepada generasi penerus agar bisa terus melestarikan segala jenis budaya dan kearifan lokal Bumi Anjuk Ladang, supaya kelak semua budaya dan kearifan lokal Kota Nganjuk bisa terus di wariskan kepada anak cucu kita. 

Butha kala adalah sebutan yang diberikan pada sosok mahluk jahat dengan wujud wajah menyeramkan, galak dan muncul sebagai makhluk penggoda manusia.

Tirtha Amertha adalah air suci yang dipercaya berkhasiat membuat seseorang tidak akan melalui proses kematian.

Sumber Hari Raya Nyepi : https://tirto.id/apa-arti-hari-raya-nyepi-bagi-umat-hindu-di-bali-ga9s
Foto :  I, wanderlista: travel.blog: pinterest 

Sumber ogoh ogoh Nganjuk : https:// nganjuk.inews.id
Foto ogoh ogoh : Tanahlotbali.com : pinterest

Sumber miwiti pari : 
Https://20.detik.com
Foto miwiti pari: goggle info seputargk.id



Artikel ini dibuat oleh Umi siswa SMNBacth8. Isi dalam artikel seluruhnya menjadi tanggungjawab penulis. 

#TugasPekan5
#SMNBacth8
#Kopling

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lembayung Senja

Ratu Tak Bermahkota, Bertelapak Kaki Surga

Ceremony demokrasi mengoyak nurani Anak Negeri