Lembayung Senja
"Total semua Rp. 170.000 ya nduk, soalnya harga plastik dan sterofoam turun lagi dari pusat," Kata Mak Yah, pagi itu. Sosok wanita sepuh yang sudah dianggap seperti ibu kedua baginya. Beliaulah yang selalu membeli rosok / barang bekas si gadis dengan harga yang jauh lebih tinggi dibanding pengepul yang lain.
"Baiklah mak,tidak apa-apa yang penting bisa buat beli obat ibu hari ini," jawab si gadis. Tangan lentik itu terulur mengambil uang dari Mak Yah dengan senyum simpul. Meskipun tidak banyak, tapi ia bersyukur karena bisa mendapatkan uang untuk hari ini. Jadi, setidaknya ia bisa membelikan obat untuk ibunya yang sakit, atau mengantarnya untuk periksa.
Lembayung Senja namanya, gadis 16 tahun lulusan SMPN 7 Nganjuk. Dia termasuk lulusan terbaik se-angkatannya. Gadis manis dengan lesung pipi, periang dan ramah. Namun, nasibnya tak sebaik parasnya. Senja terlahir dari keluarga yang notabene kekurangan dari segi finansial. Sang ibu yang hanya bekerja sebagai pemulung barang bekas, sedangkan almarhum sang ayah dahulu hanya bekerja sebagai tukang becak. Senja lahir dikala usia sang ibu sudah 45 tahun dan usia almarhum sang ayah meninggal usia 55 tahun,tepat satu bulan sebelum Senja dilahirkan. Jadi setelah lahir Senja sudah menjadi anak yatim. Sedari kecil Senja sudah ikut memulung barang bekas di TPA Kedungdowo, setelah pulang sekolah demi membantu sang ibu.
Pagi itu setelah menjual tumpukan rosok yang dia kumpulkan dari hasil memulung di Tempat Pembuangan Akhir / TPA Kedungdowo, Senja bergegas pulang kerumah. Karena, hari itu Senja harus mengantarkan sang ibu yang sedang sakit untuk berobat ke Bidan. Dengan mengayuh sepeda usang miliknya, Senja pulang kerumahnya di Desa Gebangayu. Tak jauh dari tempatnya mencari rezeki. Senja memilih menjadi pemulung dibanding kerja toko atau pabrik, karena Senja sadar dia hanya lulusan SMP dan juga Senja hanya memiliki satu sepeda usang untuk sarana transportasi.
"Assallammuallaikum ?" Ucap Senja.
"Waallaikumsalam," jawab sang ibu, sosok wanita sepuh usia 61 tahun yang sedang terbaring pada dipan bambu samping pintu masuk.
"Sudah pulang nduk ?" Tanya sang ibu.
"Alhamdulillah sudah bu, kan hari ini mau antar ibu berobat," jawab Senja.
Tak lama setelah itu, dengan sepeda usang miliknya, Senja membonceng sang ibu ke rumah Bidan terdekat.
"Assallammuallaikum wr.wb" ucap Senja
"Waallaikumsalam wr.wb" jawab bu Bidan
"Lho nduk Senja, siapa yang sakit nduk?" Tanya Bu Bidan
"Ini bu, Senja nganter ibu berobat," jawab Senja
"Oh begitu, mari masuk nduk!"
"Monggo mak berbaring,saya periksa dulu!" ucap Bu Bidan
"Mak harus istirahat total ya, sudah tidak boleh bekerja berat. Sebenarnya mak harus rawat inap. Jika mak tidak mau, ya solusinya mak istirahat total. Karena sakit mak komplikasinya sudah kemana-mana," Nasehat Bu Bidan, setelah memeriksa Ibu Senja.
****
Seminggu berlalu sejak hari dimana Senja mengantar sang ibu berobat. Entah kenapa pagi itu Senja berat sekali meninggalkan sang ibu untuk bekerja,seperti hari-hari sebelumnya. Ingin rasanya Senja libur hari itu, jum'at 19 agustus 2005.
"Bu, Senja mau berangkat kerja. Ibu tidak apa-apa kah bila sendiri dirumah?" Tanya Senja, tersirat ada rasa khawatir dalam hati Senja terhadap ibunya.
"Tidak apa-apa nduk, ibu juga sudah sehat. Kemarin-kemarin ibu juga sendiri kan nduk? Kamu berangkat hati-hati, pelan pelan saja kerjanya,jangan terlalu memaksa. Kalau capek istirahat, jangan lupa sholat," nasehat sang ibu pagi itu.
Entah kenapa nasehat ibunya pagi itu semakin membuat Senja berat untuk berangkat, karena tidak biasanya ibunya berbicara panjang seperti itu. Namun, karena esok hari sabtu biasanya proses penimbangan rosok. Maka, dengan berat hati hari itu Senja terpaksa berangkat demi pengumpulan rosok hari terakhir, agar esok hari bisa ikut penimbangan dan Senja dapat uang.
"Iya bu, Senja berangkat dulu ya. Assallammuallaikum" pamit Senja. "Wasalammuallaikum" balas ibu.
Dengan sedikit berat hati, Senja mengayuh sepeda usang miliknya menuju TPA Kedungdowo. Tempatnya mengais rezeki. Sesampainya ditempat kerja, Senja berjumpa dengan Mak Yah.
"Pagi Mak Yah?" Sapa Senja.
"Pagi nduk, bagaimana kabar ibumu?" Balas Mak Yah.
"Alhamdulillah mak, sudah lebih baik mak" Balas Senja.
"syukurlah nduk, mak senang mendengarnya," Ucap Mak Yah.
" Iya mak, saya kerja dulu mak," pamit Senja.
Sementara itu dirumah orang tua Senja, kedatangan Bulek Damis dan Bu Rt. Beliau berdua ingin menjenguk Ibu Senja.
"Assallammuallaikum wr.wb" ucap Bu Rt. Namun, tidak ada jawaban. Sedangkan pintu rumah terbuka.
"Kok tidak ada jawaban ya bu?" Kata Bulek Damis.
"Iya bu,kok aneh ya?. Biasanya kalau pintunya terbuka begini, Ibunya Senja dirumah. Ini kok sepi?" Balas Bu Rt. "Bagaimana kalau kita masuk saja bu,takutnya Ibunya Senja kenapa kenapa didalam." Ajak Bu Rt.
Tak menunggu lama Bulek Damis dan Bu Rt masuk kedalam rumah Senja. Beliau berdua melihat Ibunda Senja sedang berbaring sembari mendekap tasbih, Bulek Damis mendekat hendak membangunkan Ibu Senja. Namun, saat beliau memegang tangan Ibu Senja sudah dingin. "Tangannya dingin Bu Rt" ucap Bulek Damis. Bu Rt pun meraba depan hidung Ibu Senja,
"Ya Allah Gusti" ucap Bu Rt, sambil mengguncang badan Ibu Senja. Namun, nihil raga itu sudah dingin dan tak ada denyut nadinya.
"Tolong-tolong" teriak Bu Rt dan Bulek Damis. Semua warga yang mendengar langsung berlari kerumah Ibu Senja. Setelah mendengar cerita dari Bu Rt dan Bulek Damis ,beberapa warga memanggil Pak Mantri dan Pak Modin untuk memastikan meninggalnya Ibu Senja. "Innalillahi wa innalillahi rojiun" ucap Pak Modin. Usai memeriksa badan Ibu Senja.
Sedangkan di TPA Kedungdowo
"Mbakkk, mbak Senjaaaaa" teriak Asti, anak Bulek Damis yang disuruh ibunya untuk menjemput Senja ditempatnya bekerja.
" Iya dek,sebentar" sahut Senja.
"Ada apa to dek? Pelan-pelan saja, jangan lari" ucap Senja sembari menghampiri Asti.
"Itu mbak, sampean disuruh pulang sekarang sama ibuku tadi!" balas Asti. "Kenapa to dek? Kok sampai dijemput? Sebentar lagi kan istirahat ,mbak juga pulang sendiri," balas Senja.
"Itu mbak,ibu sampean katanya pingsan tadi,dirumah juga banyak orang," ucap Asti . "Asti minta maaf mbak, Asti terpaksa bohong. Asti gak tega mau jujur kalau ibu sampean sudah meninggal" ucap Asti dalam hati. Tak menunggu lama, Senja segera pulang. Dengan mengayuh sepeda usang miliknya. Namun, ibarat peribahasa. Malang tak dapat ditolak, mujur pun tak dapat diraih. Naas setelah keluar gerbang TPA, Senja yang kurang fokus dan terburu-buru akhirnya terserempet truk bermuatan berat yang baru saja keluar bebarengan di gerbang gudang jagung yang berada didepan TPA. Senja terserempet karena kurang fokus dan berada di area blindspot truk.
"Akkkkk," brakkkk.
"Mbakkkkk Senjaaaaaa," Asti berteriak histeris.
Tubuh kurus Senja terpental kebagian timur jalan. Kepala Senja menghantam batuan besar yang ada disitu.
"Tolooooong, bangun Mbak Senja! Ayo bangun mbak, jangan tinggalin Asti, hiks, hiks," Asti menangis histeris melihat kepala Senja yang berdarah. Warga yang melintas akhirnya berhenti untuk memberi pertolongan. Sebagian ada yang menelpon ambulan, setelah ambulan tiba Senja langsung dilarikan ke RSUD Nganjuk untuk mendapatkan pertolongan. Namun, sangat disayangkan Senja menghembuskan nafas terakhirnya saat perjalanan menuju Rumah Sakit, karena kehilangan banyak darah. Akhirnya setelah melalui pemeriksaan dan mendapat pelayanan di Rumah Sakit, jenazah Senja dibawa pulang ke rumah duka. Jenasah Senja dan jenasah Ibunya disholatkan di masjid dekat rumah mereka.
Setelah semua warga berunding dengan Aparat Desa setempat, akhirnya semua orang sepakat bahwa jenazah Senja dan Ibunya akan dimakamkan di TPU Kedunggaling Desa Kedungdowo, bersebelahan dengan makam Ayah Senja. Selamat jalan Lembayung Senja. Tugasmu telah usai di dunia.
Tamat
#TugasPekan2
#MasaOrientasi
#SMNbacth8
#Kopling
😭 turut berduka utk ibunya senja dan senja. Jujur, jarang aku kebawa arus cerita. Mgkin krn ttg ibu & perjuangan bertahan hidup kali ya. Banjir ini airmata. Kak Umi gas buat karya novel di tugas selanjutnya.
BalasHapusBismillah kak norma,, mohon doanya🙏🤗.. masih perlu banyak belajar ini kak ,kalau mau buat novel🫣
HapusMasyaAllah ceritanya benar benar bisa meneteskan air mata.
BalasHapusTerimakasih kak erli🤗🤗
HapusIkut mbrebes mili baca ceritanya.
BalasHapus😭😭...
HapusDari segi pembaca, akhir cerita tidak tertebak, ya. Siapa sangka tokoh utama pun juga meninggal dunia. Alurnya pun sudah tersusun. Tinggal mengemas menjadi lebih greget lagi dengan menambah bahasa emosional mungkin bisa ya.
BalasHapusSelain itu, ada tambahan untuk penulisan masih ada yang perlu perbaikan, ya. Terus belajar dan tetap semangat Kak Umi.
Siap kak,, kedepan akan saya perbaiki agar bisa jauh lebih baik lagi. Mohon bimbingannya
HapusMasyaAllah ma, good job. Saya baru membaca saja sudah berdesir di dada. Tinggal mengasah saja ma, lanjutkan perjuangan sampai lulus ya. Semangat
BalasHapusBismillah kak, terimakasih sudah support saya sampai sejauh ini..
HapusAamiin aamiin ya robbal alamin. Semoga bisa sesuai harapan kakak.
Subhanallah..bagus sekali cerpennya..cukup membawa pembaca masuk ke dalam alur cerita.. sedikit saran agar ditambah kalimat dramatisir untuk menggugah sisi emosi dari sudut pembaca..so far sudah bagus..semangat untuk terus berkarya..
BalasHapus